OLEH:
PROF. DR. H. FAHRURROZI. QH. MA
[Direktur Pascasarjana UIN Mataram/ Guru Besar UIN Mataram]
Prolog : Sebelum menguraikan secara komprehensif tentang resolusi jihad santri Madrasah NWDI Pada tahun 1945, penulis ingin mengawali dengan ungkapan filosofis – sufistik ungkapan Maulanassyaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid tentang eksistensi Santri dalam buku Wasiat Renungan Masa karya orisinalitas Sang Maulana, sebagai berikut:
98:
سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد.
Wahai anakku yang telah mengaji.
Jagalah tegulah jiwa santeri.
[Siddiq amanah ikhlas berani.
Berjuang terus liwati Rinjani]. [WSR: h. 42. Cet. IV. 1989].
99.
سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد.
Kalau anakda berjiwa Rinjani.
Pastilah tegak sepanjang hari.
Tidak berubah tidak ampibi.
Walaupun dijanji rajang dan kursi. [WRM: h. 42].
Tetapi banyak melupakan diri.
Tidak lagi berjiwa santeri.
Karena tertawan "sambel-terasi".
Sampai lupakan "rumah sendiri". [WRM: h. 52].
سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
185:
Tuntutlah ilmu sebanyak mungkin.
Sampai mendapat gelar muflihîn.
Gelar dunia perlu dijalin.
Dengan ajaran Rabbul alamin. [WRM. h. 66].
187.
Jaga baiklah gelar ananda.
Agar ananda jangan ternoda.
Pergunakan teguh selama-lamanya.
Untuk agama untuk negara. [WRM: h. 66].
B. NASKAH TEKS ASLI UNGKAPAN MERDEKA SAAT RESOLUSI SANTRI NAHDLATUL WATHAN DINIYAH ISLAMIYAH PADA WAKTU PERTEMPURAN TENTARA NICA DI SELONG
نزور لأبطالنا
نزور لأبطالنا فى المقام * محمد فيصل فنشور همم
وصالح من نسل خير الأنام *
رفيقهمو عبد الله دام
هم شهداء مرديك بالتمام *
هم مرديك مرديك بالصدام
فهيا همو يا هلا يا رجال*
هم مرديك مرديك بالتمام
Terjemahan:
Mari Ziarah pejuang kita.
Di Makam Pahlawan Rinjani tempatnya.
Muhammad Faishol Pancor Gelora.
Sayyid Saleh keturunan rasul sebaik-baik manusia.
Kawan mereka Sayid Abdullah nan setia.
Mereka syuhada' MERDEKA sempurna.
Mereka MERDEKA! MERDEKA! dengan gagahnya.
Hormati mereka wahai para penerusnya.
Mereka MERDEKA!MERDEKA dengan sempurna.
[Syair Maulanassyaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid, disusun saat setelah gugur Adik Kandung Beliau sebagai gelora semangat santri melawan penjajahan Belanda & Jepang].
C. REFLEKSI MAKNA RESOLUSI JIHAD SANTRI NWDI DALAM SYAIR NAZÚRU LIABTHOLINA
Hari Santri sangat pantas untuk diperingati setiap tanggal 22 Oktober sesuai keputusan Presiden RI pada tahun 2017. Hari santri adalah milik semua anak bangsa yang telah berjuang membela agama, nusa dan bangsa melalui lembaga pendidikan keagamaan yang dirintis dan dikembangkan oleh para ulama, kyai, tuan guru, ajengan, buya, tengku dan semisalnya. Mengenang sejarah perjuangan kemerdekaan adalah suatu keharusan untuk dikenang sepanjang zaman.
Mengenang perjuangan madrasah NWDI, Perjuangan NBDI, Perjuangan NW adalah satu tarikan nafas yang terus dihirup oleh semua warga Nahdlatul Wathan, semua abituren, dan pencinta NW.
Amanah perjuangan akan terus menggelora di hati sanubari para kader NW di mana saja berada. Kader pelanjut amanah NW yang secara organisatoris didirikan dan diwasiatkan oleh Maulanassyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid kepada kita semua abitruen NW tanpa terkecuali. Maka, menjaga dan memelihara sejarah NW adalah kewajiban kita semua.
A. Historisitas Syair Nazuru Liabtholina
Syair Nazuru Liabtholina fil Maqom
ini adalah syair gubahan semangat dan gelora patriotisme yang digelorakan oleh Maulanassyaikh pasca wafatnya adik kandung beliau pada saat pertempuran melawan NICA pada tahun 1943.
Gerakan Perjuangan Kemerdekaan Gerakan al-Mujahidin. Mendirikan Madrasah Nahdhatul Wathan Diniyyah Islamiyyah (NWDI) 17 Agustus 1936 M izin dari Pemerintah Belanda, pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 M/22 Agustus 1937 M (NWDI) diresmikan. Mendirikan Madrasah Nahdlatul Banat Diniyyah Islamiyyah (NBDI) 15 Rabi’ul Akhir 1362 H/ 21 April 1943 M.
Pergerakan keagamaan NWDI menyebar ke seluruh wilayah Lombok sehingga dalam rentang waktu 1937-1945 telah berdiri sembilan buah cabang madrasah NWDI. Gerakan dua madrasah tersebut membuktikan bahwa pergerakan tanah air dimulai dari pengkaderan di madrasah yang diorientasikan menjadi anjum Nahdhatul Wathan, bintang-bintang pejuang Nahdltul Wathan dan hasil dari kaderisasi tersebut terbukti dengan menyebarnya para alumni di seluruh pelosok desa yang kemudian bergerak di wilayah masing-masing sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka. Sehingga dalam waktu yang relatif singkat madarasah NWDI dan NBDI tersebar di mana-mana.
Maulanassyaikh tercatat sebagai pelopor kemerdekaan, tercatat sebagai inovator pendidikan modern di NTB. Tercatat sebagai abul madaris wal masajid ribuan sekolah madrasah dan masjid yang didirikannya NTB khususnya Lombok disebut pulau seribu masjid dan seribu pesantren dan santren.
Beliau tercatat sebagai pengembang sosial, pemberantas buta aksara, pengembang pertanian, penurun angka kematian bayi, dan ibu melahirkan melalui Keluarga Berencana (KB). Tercatat sebagai pelestari budaya masyarakat. Ini saja sudah cukup untuk sebuah nilai Kepahlawanan untuk beliau.
B. Nilai Keislaman dalam Syair Nazuru Liabtholina
Masuknya Belanda untuk menjajah Pulau Lombok, juga menjadi perhatian Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sekaligus menentukan sikapnya terhadap penjajahan secara umum.
Sikap itu juga banyak bertumpu pada pengalaman hidupnya sendiri yang mengalami masa penjajahan tersebut, baik oleh Belanda, Jepang, maupun NICA.
Bagi Maulanassyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, penjajahan, bagaimana pun bentuknya adalah eksploitasi manusia atas manusia yang lain. Ini menghalangi seseorang untuk hidup secara bebas dan merdeka. Padahal diakui bahwa kebebasan dan kemerdekaan merupakan modal dasar yang sangat penting bagi pengembangan dan pembangunan masyarakat. Atas dasar asumsi ini, penjajahan merupakan sesuatu yang sangat ditentangnya.
Sebagai bentuk penentangan Maulanassyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid terhadap penjajahan, Maulanassyaikh menempuh berbagai macam cara.
Pertama, mengerahkan anggota keluarga dan murid-murid Maulanassyaikh untuk maju berperang secara fisik melawan kekuasaan kolonial di Pulau Lombok. Dua di antaranya adalah saudaranya (TGH. Muhammad Faisal dan TGH. Ahmad Rifa’i). TGH. Muhammad Faisal dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Selaparang yang berlokasi di jantung Kota Selong, ibu kota Kabupaten Lombok Timur. Bahkan lokasi Taman Makam Pahlawan tersebut tidak lain adalah tanah miliknya sendiri yang dihibahkan kepada negara untuk mengenang jasa pahlawan bangsa.
Kedua, menolak permintaan Belanda dan Jepang yang menginginkan agar dirinya menjadi penasehat kolonial di Lombok. Walau tidak secara tegas melarang berkuasanya pemerintahan kolonial, namun Maulanassyaikh memberikan alternatif yang sebenarnya secara substansial tidak menghendaki adanya penjajahan.
Maulanassyaikh mensyaratkan keadilan dan kebijaksanaan terhadap rakyat sebagai syarat bagi “pemerintahan” Hindia, Belanda dan Jepang. Namun demikian, pandangan ini sepertinya bersifat diplomatis belaka, dan tidak merupakan sikapnya yang sebenarnya. Ini terbukti dalam beberapa karangannya, seperti Hizib Nahdhatul Wathan, ia mengecam penjajah dan orang-orang yang bergabung atau menjadi alat penjajah. Mereka yang disebut terakhir dinamainya dengan pengkhianat bangsa, negara, dan agama.
Ketiga, mengajak keluarga, murid, dan jama’ah Nahdhatul Wathan untuk membentengi diri dengan doa agar terpelihara dari kebiadaban penjajah dan agar madrasah-madrasah Nahdhatul Wathan tetap membaca Hizib Nahdhatul Wathan. Ini tak bisa dinapikan pendidikan politik untuk masyarakat tidak dilepaskan dengan keterlibatan politik Nahdhatul Wathan yang dirintis sejak 1934 NWDI, 1942 NBDI dan NW 1953. Artinya dengan adanya ini masyarakat melek politik, melek budaya dan melek secara intelektual.
Dalam kata pengantar yang ditulisnya pada Hizib Nahdhatul Wathan disebutkan: Hizib Nahdlatul Wathan mendengung di dunia Madrasah Nahdhatul Wathan Diniyah Islamiyah di Pulau Selaparang (Lombok) ini, yaitu mulai dari sejak beberapa bulan pendaratan tentara Jepang (Nipon) di Pulau Jawa dengan ganasnya yang mengakibatkan bahwa madrasah–madrasah (sekolah–sekolah agama) di seluruh kepulauan Indonesia lebih daripada enam puluh persen (60%) gulung tikar atau digulung langsung oleh Jepang atau oleh kaki tangan Jepang (pengkhianat nusa, bangsa, tanah air, dan agama) setelah berdirinya Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (madrasah untuk kaum hawa) pada 21 April 1943 M, disusun pula Hizib Nahdlatul Banat yang didengungkan pagi sore oleh kaum pelajar Madrasah Nahdhatul Wathan Diniyah Islamiyah dan pelajar Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah sudah sedia setiap saat dengan hizib mereka yang mengandung beberapa ayat Allah, beberapa hadits Rasulullah, dan beberapa asma Allah.
Maka dengan limpah pertolongan Rab al-âlamîn dengan berkah asrar (rahasia–pen) kedua hizib yang diwiridkan (diamalkan) pagi sore itu, kedua madrasah tersebut selamat (terpelihara) daripada keganasan ancaman Jepang dan ancaman kaki tangan Jepang, sekalipun berkali–kali mereka datang di Pancor (madrasah) bermaksud menutup (membubarkan) madrasah Walikin yadullâh fauqa aidîhim. Selanjutnya selamat pulalah keduanya daripada kekejaman ancaman NICA akibat penyerbuan guru–guru Madrasah Nahdhatul Wathan Diniyyah Islamiyah serta beberapa murid–muridnya pada kubu pertahanan NICA di Selong, yang membawa bukti Sabil (syahidnya) saudara kandung kami Al-Ustaz Al-Hajj Muhammad Faisal Abdul Madjid yang menjelmakan taman bahagia (maksudnya, Taman Makam Pahlawan) di Selong).
Cara pandangnya terhadap penjajahan (kolonialisme) hampir sama dengan cara pandang masyarakat di Asia. Menurutnya, penjajahan sekalipun merupakan eksplolitasi politik, ia juga merupakan penjajahan agama. Karena dalam tindak-tanduknya, penjajah selalu berusaha untuk mematikan suasana keberagamaan yang hidup di tengah masyarakat, di samping adanya perbedaan agama antara bangsa penjajah dengan bangsa terjajah.
Keempat, dengan mendirikan madrasah (sekolah) yang bertujuan untuk membekali murid–muridnya dengan kecakapan–kecakapan ilmiah yang memungkinkannya untuk menumbuhkan daya pikir dan nalar. Hal ini memiliki arti penting dalam konteks perlawanan terhadap penjajahan. Biasanya persoalan yang banyak mendorong penjajah dengan mudah memasuki suatu wilayah untuk dijadikan sebagai daerah jajahan karena masyarakat yang mendiami wilayah tersebut memang lemah di bidang pendidikan.
C. Nilai Kebangsaan dalam Syair Nazuru Liabtholina
Semangat Patriotisme
Semangat Perjuangan
Semangat Kemerdekaan
Semangat Kemajuan
D. Nilai Keummatan dalam Syair Nazuru Liabtholina
Pertama: mengenang jasa perjuangan para pahlawan kusuma bangsa
Kedua: Ziarah makam pahlawan adalah penyemangat perjuangan
Ketiga: Meneladani sikap dan keikhlasan para pejuang Bangsa.
Epilog : Membakar semangat Santri untuk membela Negara
Resolusi Jihad santri NWDI dan NBDI dibuktikan dengan gugurnya di medan pertempuran para santri-santri NWDI yang di bawah komando dua pendekar Datuk Madjid, TGH. Muhammad Faisal Abdul Madjid (Wafat di medan juang) dan TGH Muhammad Rifai Abdul Madjid (dibuang ke Manado) keduanya adik kandung TGKH. Muhammad Zainuddin Aabdul Madjid.
Patut dicamkan Gelora Santri dikomandangkan oleh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dengan mensenandungkan lagu heriok.
MERDEKA MERDEKA!! [Dinukil dari Buku, Fahrurrozi Dahlan, Nilai-Nilai Keislaman, Kebangsaan dan Keummatan Dalam Sya’ir, Nasyid, Mars dan Lagu-Lagu Karya Maulanassyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-AnfananyAl-Masyhur (Pahlawan Nasional, Pendiri Madrasah NWDI, NBDI dan Organisasi NW)
Posting Komentar