Topikntb.id - Dalam rangka semarak Hultah Akbar ke 90, Madrasah NWDI, panitia menggelar seminat internasional dengan tema sentral "The Constellation of Thought of TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: A Multidisciplinary Exploration, Social, Da'wa, Politic, Economic, and Nationalism." di Lombok Garden Hotel, Mataram pada Minggu (28/09).
Adapun narasumber dari kalangan akademisi dan politisi menampilkan Kevin. W. Fog, Ph.d., dari University of North, Dr. Muhammd Bilal Zafar, dari Minhaj University Lahore, Prof. Dr. Harpandi Dahri, dari Kolej University Perguruan Agama Seri Begawan Brunei Darussalam, Prof. Dr. H. Fahrurrozi, Ketua LPM UIN Mataram, Dr HL Sirojul Hadi, dari Unram dan H L. Adrian Irfani, Wakil Ketua Komisi X DPR RI.
Para narasumber dari berbagai disiplin keilmuan memberikan pandangan terhadap perjuangan dan warisan pemikiran pendiri NW, Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, sang Pahlawan Nasional kebanggaan Nusa Tenggara Barat (NTB) dari berbagai sudut pandang.
Dr. Muhammd Bilal Zafar, dari Minhaj University Lahore Pakistan, menyampaikan terkesan dengan warga Nahdlatul Wathan yang memiliki semangat donasi yang tinggi dengan cara tradisional (melontar) yang diwariskan Mualanasyaikh, hingga saat ini masih dipertahankan dan dilestarikan.
Ia juga menambahkan bisa dikombinasikan dengan donasi digital, kendati terdengar asing dan ribet.
“Kader-kader Nahdlatul Wathah yang ahli IT bisa mengkombinasikan tradisi melotar yang diwariskan Maualanasyaikh itu dengan donasi digital,” ungkapnya.
Kevin. W. Fog, mengungkapkan kekagumananya terhadap pemikiran-pemikiran Maualanasyaikh, sehingga dirinya beberaklai dating ke Lombok khusus meneliti Maualanasyaikh dan NW. Ia jga meneliti Maulanasyaikh yang dijadikan Pahlawan Nasional.
“Saya berharap kepada warga NW akan terus melestarikan pemikiran dan tradisi-tradisi yang diwariskan Maulanasyaikh,”imbuhnya.
Prof. Harpandi Dahri, dalam paparannya memesankan agara hubungan guru dan murid itu harus tetap terjaga dengan baik, di mana pun kita berada. Prinsip itu terus dia pegang teguh, kendati saat ini dia menjadi akademisi di Brunai Darussalam.
“Jangan kita ingkar, melawan kepada guru karena itu berdampak tidak baik bagi kita sebagai murid, karena itu ajaran tasawuf, karena NW dasar keilmuannya adalah tasawuf,” tegasnya.
Dalam paparannya, Prof. Fahrurrozi Dahlan menyampaikan secara gamblang kiprah Maulana Syaikh dalam "Gerakan Suluh Kebangsaan dan Keummatan."
Ia menekankan bahwa organisasi NW adalah contoh nyata dalam penguatan peran komitmen keagamaan dan ke-Indonesiaan.
Prof. Fahru, menjelaskan bahwa pemikiran Maulana Syaikh sangatlah filosofis, yang tercermin dari logikanya dalam menggabungkan tiga teori pengetahuan utama: Empirisme (berdasarkan panca indra), Rasionalisme (berdasarkan logika), dan Institusionisme (berdasarkan mata batin/firasat, yang mencakup Wahyu dan Ilham)
"Pemikiran beliau sangat kuat silogisme berpikirnya. Apa yang beliau hadirkan selalu realitas dengan muatan-muatan nilai-nilai teologis, keagamaan, antropologis, budaya, sejarah, dan sosiologis," ujar Prof. Fahru.
Selain itu, Prof. Fahrurrozi juga mengungkapkan bahwa pemikiran Maulana Syaikh sangat dipengaruhi oleh gurunya, Syaikh Hasan Al Mahsyat, seorang intelektual terkemuka dari Arab Saudi.
“Maulanasyaikh itu seorang murid yang disanjung dan dikagumi oleh para guru-guru dan ulama terkemuka di tanah Suci Makkah. Itulah ketinggian ilmu dan kewalian yang dimiliki guru besar kita,”pungkasnya.
Seminar Internasional Ke NW an tersebut terselenggara kerjasama Panitia Hultah Akbar ke 90 Madarasah NWDI dengan Pimpinan Wilayah Pemudah NW Nusa Tenggara Barat(*)
Posting Komentar